Wednesday, July 6, 2011

Kebudayaan Islam Pra Hijrah


A.  Pendahuluan
              Darisemua definisi kebudayaan yang telah dibuat para ahlinya, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah penjelmaan (manifesiasi) akal dan rasa manusia, hal mana berarti pula bahwa manusialah yang menciptakan kebudayaan atau dengan kata lain bahwa kebudayaan bersumber kepada manusia.[1] Kebudayaan itu dapat berupa kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.[2] Adapun yang dimaksud dengan kebudayaan Islam adalah penjelmaan akal dan rasa manusia Muslim, dan bersumber kepada muslim.[3]
              Rasululllah SAW berdakwah selama 23 tahun. 10 tahun di Mekah dan 13 tahun di Madinah Islam pra-hijrah dapat pula dikatakan sebagai Islam periode Mekah. membicarakan masalah ini, sama halnya mengulang kembali sejarah awal-mula munculnya Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis mencoba mendeskripsikan sisi-sisi perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan inisi awal dakwah Islamnya kepada bangsa Arab. Karena dari hasil perjuangan dakwahnya itulah, kemudian tampak perubahan yang sangat mencolok dalam diri bangsa Arab. yaitu perubahan kebudayaan dari sebelum ke sesudah datangnya Islam.
              Dalam kajian Islam pra-hijrah ini, sengaja terlebih dahulu penulis sisipkan bahasan singkat tentang Arab sebelum Islam, mengingat bahwa hasil sebuah perjuangan itu tidak akan tampak cukup berarti, jika tidak diketahui kondisi sebelum perjuangan Itu dilakukan. Dan Umar bin Khattab r.a seperti yang dinukil oleh Muhammad Quth pernah berkata “ La ya’rifu al-Islam man la ya’rifu al-jahiliyyah” (Seseorang tidak bisa mengenal Islam apabila ia tidak mengenal jahiliyyah)[4]



B. Arab Sebelum Islam
              Bangsa Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan sebutan Arab jahiliyah Kata jahiliyah yang dinisbatkan kepada mereka itu bukanlah jahiliyah yang berarti tidak memiliki ilmu pengetahuan karena terbukti dalam sejarah, bahwa mereka adalah orang orang yang ahli di bidang sastra dan kuat hapalannya. Adapun yang dimaksud dengan Arab jahiliyah itu sendiri adalah orang-orang yang menolak kebenaran (Islam) meskipun mcngetahui kebenaran tersebut. [5]
              Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW, mengandung ajaran yang sangat berbeda sekali dengan adat istiadat dan kepercayaan yang dianut bangsa Arab selama ini. Adat tradisi dan kepercayaan mereka itu antara lain kebiasaan berjudi, mabuk-mabukan minum khamer (arak). berzina, suka berperang dan sulit bersatu, kebiasaan mengubur bayi jika yang lahir perempuan yang lahir perempuan, menyembah berhala dan lain sebagainya Kondisi mereka tersebut telah pula sampai pada puncaknya, sehingga benar-benar telah jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan penuh dengan kebodohan, kehinaan dan kenistaan dalam berbagai hal.

C. Arab Masa Awal Datangnya Islam
              Awat datangnya Islam kepada bangsa Arab, bermula dari diutusnya Rasulullah Muhammad SAW. Dari kalangan mereka sendiri, sebagai pembawa risalah Islam.
              Muhammad adalah salah scorang anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang karena berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini yang memegang jabatan siqayah. Ia lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthallib, seorang Kepala Suku Quraisy yang besar pengaruhnya (ibunya Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahirannya dikenal dengan nama tahun Gajah (570 M). Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, Gubernur Kerajaan Habsy (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.[6]
              Pada usianya yang ke-empat puluh, ketika sedang berkhlawat di goa Hira, beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT.[7] Dengan turunnya wahyu pertàma itu, resmilah beliau menjadi nabi Allah, namun belum di perintahkan untuk menyeru manusa kepada suatu agama.
              Setelah wahyu pertama itu datang. Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara nabi Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Saat itu Beliau tengah berjalan, beliau mendengar suara dari langit (atas), beliau mendongakan pandangan, disana Malaikat Jibril yang mendatangi beliau di goa Hira, duduk diantara langit dan bumi. Bergemetarlah beliau dan terperanjat, teringat kejadian pada kali pertama. Kemudian beliau pulang dan minta diselimuti oleh istri beliau.[8] Adapun wahyu itu berbunyi sebagai berikut :
 



      1. Hal orang yang berkemul (berselimut).2. Bangunlah lalu berilah peringatan, 3. Dan Tuhanmu agungkanlah, 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5. Dan perbuatan dosa tinggalkan, 6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, 7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhannu, bersabarlah[9]

              Dengan turunnya perintah itu, mualailah Rasululah SAW berdakwah pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya, kemudian secara terang-terangan setelah turun ayat 94 sarah al-Hijr dan ayat 26 surah as-Syu’ara. Dengan turunnya ayat-ayal tersebut, bertambah gencerlah Rasulullah menjalankan misi dakwahnya. Dari sinilah awal munculnya awal “perpecahan” dalam diri masyarakat Arab, yaitu antara pengikut dan penentang misi dakwahnya.
              Menurut A. Syalabi, Ada lima faktor yang mendorong Quraisy menentang seruan Islam
      1. Persaingan berebut kekuasaan
          Kaum Quraisy tak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama Muhamaad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Muthalib. Sedang suku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk berebut kekuasaan dan pengaruh
      2. Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
          Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tak boleh dilampauiya. Tetapi, seruan Muhammad memberikan hak sama kepada Manusia
      3. Takut dibangkit
          Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan di bangkit dari kuburya, dan semua perbuatan manusia akan dihisab. Kaum Quraisy tidak dapat menerima ajaran seperti itu. Alangkah kejamnya gambaran ini menurut pandangan pemimpin-pemimpin Quraisy. Gambaran ini adalah gambaran keadilan yang tidak diingini oleh tiap-tiap penganiaya.
      4. Taklid kepada nenek moyang
          Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah langkah mereka dalam soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang bcrurat berakar pada bangsa Arab. Karena itu amat beratlah terasa oleh mereka meninggalkan agama nenek moyang dan mengikut agama baru itu
      5. Perniagaan patung
          ini adalah satu sebab materi. Salah satu perusahaan orang Arab dahulu, ialah memahat Patung yang menggambarkan al-Lata, a.-Uzza, Manah dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada jamaah haji. Mereka membelinya untuk mengharapkan berkat atau untuk kenang-kenangan. Tetapi islam melarang menyembah, memahat dan menjual patung. Karena itu saudagar-saudagar patung memandang Islam sebagai penghalang rizki dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan lenyap. Karena itulah mereka menentang agama Islam.[10]

D.  Dakwah Rasul Periode Mekah
              Seperti telah disinggung diatas, bahwa setelah turunnya perintah untuk berdakwah, Rasulullah melakukan beberapa tahapan dalam dakwahnya sesuai dengan Wahyu yang di perintahkan kcpadanya.
      1. Dakwah diam-diam
          Pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam dilingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rakannya. Karena itulah orang-orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarganya dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah. kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun Kemudian Abu bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak, lalu Zaid, bekas budak yang menjadi anak angkatnya & Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga ternasuk orang pertama masuk Islam.
          Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam. Abdurrahmman bin Auf Sa’ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada nabi dan masuk Islam di hadapan nabi sendiri Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam.[11]
          Kemudian nabi meghimpun mereka untuk menerima penjelasan-penjelasan yang diajarkannya secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam (baitul Arqam) di bukit Shafa Rasul memilih tempat itu karena lokasinya sangat strategis. terhalang dari pengintaian kaum Quraisy, sehingga mereka merasa aman dan tenang mengadakan kegiatan di tcempal tersebut. Di rumah tersebut Rasul mengajarkan pokok-pokok agama Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada para sahabat dan pengikutnya agar menjadi kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh dari segala cobaan dalam rangka untuk di persiapkan menjadi masyarakat Islam yang baik.[12]
      2. Dakwah Terang-Terangan
          Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilakukan secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwahnya secara terang-terangan Mula-mula yang beliau lakukan adalah menyeru kerabatnya dari Bani Abdul Muthallib Hal ini scsuai dengan petunjuk ilahi yang berbunyi :


          Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.[13]

          Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, ”Ketika Allah menurunkan ayat Wa andzir’asyirataka al aqrobin, Rasulullah segera naik ke atas bukit Shafa kemudian berseru: Hai bani Fihr... Hau bani “adiy... dan suku-suku kabilah Quraisy yang lain, hingga mereka itu berkumpul. Orang-orang yang berhalangan datang, mengirim wakil untuk menyaksikan sendiri apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Tibalah Abu Lahab bersama beberapa orang Quraisy lainnya, kepada mereka semua Rasulullah SAW bertanya :
          ”Jika kalian kuberi tahu, bahwa di lembah sana terdapat pasukan berkuda hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku ? Mereka menjawab: ya kami belum pernah menyaksikan anda berdusta” Beliau kemudian melanjutkan: “Sesungguhnya aku datang untuk memberi peringatan kepada kalian, bahwa di depan kalian terdapat siksa yang amat keras!” Mendengar itu Aba Lahab berteriak : Celaka kamu Muhammad untuk inikah kamu mengumpulkan kami?’ Saat itu turunlah wahyu : Tabbat yada abilahabiwwatab....[14]
          Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Dalam fase ini turun pula Firman Allah :

 



          Maka sampailah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
     
          Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam secara terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya, begitu juga kaum kerabat beliau sendiri ataupun orang-orang jauh Mula-mula beliau menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negen-negeri lain. Disamping itu beliau juga menyeru orang-orang yang berdatangan ke Mekah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji.[15]
          Ahmad meriwayatkan dari seseorang dari Bani Malik bin Qinanah. Ia berkata. “Aku melihat Rasulullah SAW di sebuah pasar Dzil-Majaz. Beliau masuk ke sana seraya bersabda, ‘wahai semua orang katakanlah la ilaha ilallah”, niscaya kamu semua akan beruntung” Abu Jahal yang juga ada disitu langsung menaburkan debu kepada beliau. lalu berkata, “Jangan sampai kamu semua dapat di sesatkan orang ini dari agamamu. ia menghendaki agar kalian meninggalkan agamamu, meninggalkan Latta dan Uzza.[16]
          Kegiatan dakwah ini dilakukan tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih hasilnya pun mulai tampak. Jumlah pengikutnya yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya.  Meskipun kebanyakan mereka orang-orang (lemah, namun semangat mereka sungguh membaja



.
E.  Sikap Orang-Orang Kafir Terhadap Dakwah Rasulullah SAW
              Setelah dakwah terang-terangan ini, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalang-halangi dakwah Rasul Semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi semakin keras tantangan yang dilancarkan kafir Quraisy.
              Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan pamannya Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu meneka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib dan mengecam dengan mengatakan :”Kamt meminta anda memilih satu diantasa dua : memerintahkan Muhammad berhenti dan dakwahnya atau anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diharapkan ”. Dengan ancaman tersebut, nampaknya Abu Thalib agak “goyang” sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun nabi menolak dengan mengatakan ucapan yang Mashur. “Wahai pamanku, andai engkau meletakan matahari di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tidak akan meninggalkan urusan ini, sampai Allah menampakannya, atau menghancurkan dalam keperluannya. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu seraya memeluknya kemudian berkata : “Teruskanlah dengan urusanmu dan lakukanlah apa yang kamu sukai, Demi Allah, aku tidak akan menyerahkanmu kepada suatu apapun jua” [17]
              Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan. untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad SAW. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib : ”Ambillah dia menjadi anakmu, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh” Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.
              Untuk kali berikutnya mereka langsung kembali kepada nabi Muhammad Mereka mengutus Utbah bin Rabiah, seorang ahh retorika, untuk membujuk nabi Mereka menawarkan harta, tahta dan wanita asal nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad SAW.
              Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal. tindakan-tindakan fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam. Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa tuannya dan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa angota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali
              Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu mendorong nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habasyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian. karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil.
              Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayyah puteri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf Kemudian menyusul rombongan kedua sejumlah seratus orang, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib. Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrask ke Habasyyah ini, termasuk membujuk Negus agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal.
              Disamping itu, semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, semakin banyak pula orang yang masuk agama ini. Bahkan ditengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang pembesar Quraisy. Hamzah dan Umar bin Khattab Masuk Islam. Dengan masuk Islamnya kedua tokoh besar ini posisi Umat Islam semakin kuat.
              Menguatnya posisi umat Islam, semakin memperkeras reaksi kaum Musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum muslimin yang dipimpin oleh Muhammad mereka harus melumpuhkan bani Hasyim terlebih dahulu secara keseluruhan.
              Dalam rangka melumpuhkan Bani Hasyim, cara yang mereka tempuh adalah Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Mekah pun diperkenankan untuk melakukan interaksi jual beli dengan bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam bentuk piagam dan ditanda tangani bersama dan disimpan di dalam Ka’bah.
              Akibat boikot tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan dan yang tak ada bandingnya. Untuk meringankan penderitaan itu Bani Hasyim akhirnya pindah ke suatu lembah di luar kota Mekah. Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian itu berlangsung selama tiga tahun. ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam.
              Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan keterlaluan. Setelah Boikot dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernafas kembali dan pulang ke rumah masing-masing. Namun, tidak lama kemudian Abu Thalib, paman nabi yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, khadijah istri nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian. Tahun ini merupakaa tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.
              Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi. Melihat reaksi penduduk Mekah demikian rupa. nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota. Namun, di Thoif beliau diejek, disoraki dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya
              Ath-Thabrani mengabarkan dari Abdullah bin Ja’far, ía berkata, “setelah Abu Thalib meninggal, Rasulullah SAW pergi ke Thaif dengan berjalan kaki, guna menyeru penduduknya ke Islam. Namun mereka tidak mau menerimanya. Bahkan beliau dilempar batu. Maka beliau kembali lagi. Sesampainya di sebuah pohon. Beliau mendirikan shalat dua rakaat seraya mengucapkan doa :
              ”KepadaMU aku adukan lemahnya kekuatan dan kehinaanku dalam menghadapi manusia. Wahai Tuhan yang Maha Pengasih. Engkaulah Tuhan yang Maha Pengasih, kepada siapakah Kau serahkan diriku, Kepada musuh yang mengancamku ataukah kepada orang disekitarku yang Engkau beri kekuasaan atas urusanku? Andaikan Engkau tidak murka padaku tentu aku tak peduli dengan diriku sendiri. Akan tetapi afialmu lebih luas bagi diriku. Aku berlindung dengan sinar wajah-Mu yang menyinar kegelapan, hingga segala urusan dunia dan akherat menjadi baik karenanya. Aku berlindung dari murkaMu yang akan datang kepadaku. Aku serahkan padaMu segala keluhan, agar Engkau ridha. Tiada kekuatan selain pada Allah.”[18]
              Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka flu, Allah mengisra’ mirajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang Isra Mi’raj itu menggemparkan masyarakat Mekah Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman, Ia merupakan ujian keimanan.
              Setelah perstiwa Isra’ Miraj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan mana datang dari sejumlah penduduk yasrib yang berhaji ke Mekah. Mereka yang terdin dan Aus dan Khazraj masuk Islam dalam tiga gelombang Pertama pada tahun kesepuluh kenabian beberapa orang khazraj berkata kepada nabi :
              “Bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya Tuhan mampersatukan mereka kembali dengan perantaraan engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh ini akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini” mereka giat mendakwahkan Islam di Yasrib.
              Kedua. pada tahun kedua belas kenabian Delegasi Yasrib yang terdiri dari sepuluh Khazraj dan dua orang suku Aus serta seorang wanita menemui Nabi di suatu temat bernama Aqabah. Di hadapan nabi mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke Yasrib sebagai juru dakwah dengan ditemani Mus’ab bin Umair yang sengaja diutus nabi atas Permintaaan mereka. Ikrar ini disebut dengan “aqabah pertama”
              Pada musim haji berikutnya. Jamah haji yang datang dari Yasrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yasrib, mereka meminta pada nabi agar berkenan pindah ke Yasrib Mereka berjanji akan membela dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqabah kedua”
              Setelah kaum Musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan orang-orang Yasrib itu, mereka kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua kaum muslimin, kurang lebih 150 orang telah meningggalkan kota Mekah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tetap tinggal di Mekah bersama nabi, keduanya membela dan menemani nabi sampai Ia pun berhijrah ke Yasrib.

F.   Pengaruh Ajaran Islam Pada Orang Arab
              Sudah tidak dapat disangsikan lagi, bahwa ajaran islam telah mengangkat “alam pikiran Arab” ke derajat yang tinggi, telah membebaskan mereka dari  penyembahan patung berhala dari membimbing ke arah penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, telah merubah seluruh cabang kehidupan mereka, baik jasmani ataupun rohan, atau dengan kata lain, telah memindahkan mereka dari “alam pikiran jahiliah’ ke ‘alam pikiran Islam” yang dengan demikian benar-benar telah menjadi manusia baru seluruhnya.
              Tentang revolusi dalam “alam pikiran Arab” tepat sekali jawaban Ja’far bin Abi Thalib, salah seorang muhajir-pengungsi ke Habasyah. waku ditanya okh raja Habasyah, Najasi (Netus) tentang keadaan mereka Berkatalah Ja’far menjelaskan kepada Najasi
              “Kami adalah kaum jahiliyah yang menyembah patung berhala. memakan bangkai. mengerjakan kejahatan dan Kemesuman, memutuskan hubungan kekeluargaan, memusuhi tetangga, orang kuat kami menindas kaum lemah. Demikianlah keadaan kami, sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami sendiri, yang kami kenal keturunannya. kepereayaannya, kebenaran dan kesuciannya. Lantas Rasul tersebut mengajak kami untuk meng-esakan Allah dan menyembahNya, untuk meninggalkan patung berhala, Tuhannya bapak-bapak dan datuk-datuk kami. Rasul itu menyuruh kami berlaku benar dalam perkataan, memelihara amanah. menyambung hubungan keluarga, bertetangga baik, menjauhkan kejahatan dan pertumpahan darah, Rasul itu melatang kami pula dari perbuatan mesum dan perkataan kotor, dan memakan harta anak yatim dan menuduh wanita yang suci, dan menyuruh kami menyembah Allah semata, menyuruh kami melakukan shalat, membayar zakat, dan mengerjakan puasa Ramadhan. Kemudian kami membenarkan segala ajaran itu, dan kami percaya dia sebagai Rasul, sehingga menyebabkan bangsa kami memusuhi dan menyiksa kami, bahkan memfitnah agar kami kembali menyembah patung berhala, dan agar kami meninggalkan Allah, bahkan memaksa kami kembali mengerjakan kejahatan dan kemesuman. Pada waktu mereka telah sedemikian rupa memaksa dan menganiaya kami supaya meninggalkan agama kami yang benar, maka hijrahlah kami ke negera Tuan”[19]

G.  Penutup
              Dari paparan sejarah singkat dakwah Rasulullah SAW periode Mekah di atas, telah tampak dengan jelas, bahwa sebuah perubahan besar tdah terjadi dalam diri sebagian masyarakat Arab, yaitu bagi mereka yang telah memeluk Islam sebagaimana yang diceritakan oleh Ja’far bin Abi Thalib. Perubahan itu merupakan perubahan dalam kebudayaan mereka pula, dimana sebelumnya mereka dalam keadaan ”jahiliyah” kemudian berubah menjadi Islam. Meskipun Islam dalam periode Mekah (pra-hijrah) ini belum sempurna, namun paling tidak ia dapat dikatakan sebagai embrio awal bagi Islam yang sempurna itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

al-Ghazali, Muhammad Fiqih as-Sirah, terj. (Bandung:PT. Al-Ma’arif, )
Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam, Cet. 5 (Jakarta:PT Karya Unipress, 1995)
Hawwa,Said. Ar-Rasul Muhammad SAW, (Solo:CV. Pustaka Mantoq, 1992)
Hisyam, Ibnu, As-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut : Dar Ihya at-Turas al-Arabiy, 2000)
Al-Khudlari Bek, Muhammad, Nurul Yaqin fi sirah Sayyid al-Mursalin terj. (Semarang:CV. Asy-Syifa, 1992),
Mansur, Peradahan Islam dalam Lintasan Sejarah, cet 1. (Yogyakarta:Global Pustaka Utama, 2004)
Quthb,Muhammad. Perlukah Menulis Ulang Sejarah? Terj. Cet 1 (Jakarta: Gema lnsani Press, 1992).
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam, ((Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1994)
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka. 1990).
Yatim,Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet. 7 (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1998).


[1] A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam,  Cet 5 (Jakarta : PT Karya Unipress, 1995) hal. 3
[2] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet 3. (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) hal 131
[3] A Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam,  Cet 5 (Jakarta : PT Karya Unipress, 1995) hal. 3
[4] Muhammad Qutb, Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam?, Terj. (Jakarta : Gema Insani Press 1992), cet 1, hal. 52
[5] Lihat Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintas Sejarah, cet 1, (Yogyakarta:Global Pustaka Utama, 2004), hal. 13

[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet 7 (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal 16
[7] Q.S Al-Alaq 1-5
[8] Muhammad Al-Khudari Bek, Nurul Yaqin fi sizah Sayyidil Mursalin, terj. (Semarang:CV Asy-Syifa, 1992). Hal 34
[9] Q.S Al-Mudassir : 1 -7
[10] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1994), hal 89-90
[11] Badri Yatim, Sejarah ………………, hal. 19
[12] Mansur, Peradaban Islam………, hal. 21
[13] Q.S As.Syu’ara 214
[14] Muhammad Al-Ghazaly, Fiqh as-siroh, terj. (Bandung. PT. Al-Ma’arif. Tt), hal 169
[15] Mansur, Peradaban…., hal. 22
[16] Said Hawa, Ar –Rasul………., hal. 147
[17] Ibid, 136
[18] Ibid…., hal. 150
[19] A. Hasjmy, Sejarah ….., hal. 31. Lihat Juga Ibnu Hasyim, As-Sirah an-Nabawiyah. (Beirut:Dar Ihya at-Turas al-arabiy, 2000), hal. 373

No comments:

Post a Comment