Wednesday, July 6, 2011

Dakwah Wali Songo

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat sembilan wali ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT, kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak
.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah WaliSongo itu?
2. Bagaimana pendekatan unsur – unsur dakwah WaliSongo?

C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui siapa itu WaliSongo.
2. Untuk mengetahui unsur - unsur pendekatan dakwah apa yang digunakan WaliSongo.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Asal – Usul WaliSongo
Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta, Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru- murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya- Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak- Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Mereka mendapat gelar susuhunan (sunan), yaitu sebagai penasehat dan pembantu Raja. Para Wali melakukan dakwahnya dengan sangat tekun, mereka mampu memahami kondisi masyarakat jawa pada saat itu.


2. Pendekatan Unsur – Unsur dakwah
Struktur dakwah pada masa WaliSongo meliputi unsur – unsur dakwah sebagai berikut:
a. Da’i
Walisongo berdakwah dengan cara damai. Yakni dengan pendekatan pada masyarakat pribumi dan akulturasi budaya (percampuran budaya Islam dan budaya lokal).
Maulana Malik Ibrahim sebagai perintis mengambil peranannya di daerah Gresik, setelah beliau wafat wilayah ini di kuasai oleh Sunan Giri, Sunan Ampel mengambil posisinya di Surabaya, Sunan Bonang di Tuban, sementara itu Sunan Drajat di Sedayu, sedangkan di Jawa Tengah ada tiga wali yaitu Sunan Kudus yang mengambil wilayah di Kudus, Sunan Muria pusat kegiatan dakwahnya terletak di Gunung Muria (sekitar 18 km sebelah utara Kota Kudus), dan Sunan Kalijaga berdakwah di Demak, sedangkan di Jawa Barat hanya ada satu orang wali saja yaitu Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati menjadi Raja muda di Cirebon dan Banten di bawah lindungan Demak, dan Sunan Giri bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan, jadi beliau bersifat al-ulama wa al-umara, sedangkan tujuh wali yang lain hanya bersifat al-ulama saja.
b. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa wali ini termsuk mad’u ummah karena pada saat itu mereka masih beragama hindu – budha, akan tetapi ada juga sebagian yang menerima islam sebagai agamanya, jadi pada masa wali songo ini termasuk mad’u ijabah dan mad’u ummah.
c. Materi
Materi dakwah yang di terapkan pada dakwah Walisongo ini adalah akidah, syari’ah dan muamalah, dimana para Wali menanamkan akidah kepada masyarakat setempat,karena menghawatirkan penyimpangan akidah akibat tradisi masyarakat jawa,serta memperhatikan secara khusus kepada kesejahteraan social dari fakir miskin,mengorganisir amil,zakat dan infak, dan juga mengajarkan ilmu – ilmu agama seperti ilmu fikih, ilmu hadis, serta nahu dan saraf kepada anak didiknya.
d. Metode
Ada beberapa metode yang di gunakan para Wali dalam berdakwah yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang di gunakan para Wali untuk menyampaikan pesan – pesan dakwah dengan cara lisan.
2. Metode Tanya Jawab
Metode yang digunakan para wali untuk mengetahui sejauh mana pemahaman muridnya tentang materi dakwah.
3. Metode Konseling
Membuat kampung- kampumg percontohan yang di pilih di tengah-tengah dengan tujuan agar menjadi pusat rujukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka dalam segala hal.
4. Metode Keteladanan
Para Wali memiliki sifat Mahabbah atau kasih sayang, selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan, semangat berkorban harta dan jiwa, selalu istighfar setelah melakukan kebaikan, sabar menjalani kesulitan, memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran, sehingga banyak masyarakat yang memeluk islam.
5. Metode Pendidikan
Para Wali membuka pendidikan pesantren, untuk anak-anak yang ingin belajar ilmu agama, mereka ditampung dalam satu pesantren.
6. Metode Bitsah
Sunan Giri megembangkan islam keluar jawa, dengan cara mengirim anak muridnya ke pelosok- pelosok Indonesia untuk menyiarkan islam misalnya, Pulau Madura, Bawean, Kangean bahkan sampai ke Ternate dan Huraku yakni Kepulauan Maluku.
7. Metode Ekspansi
Sunan Ampel melebarkan wilayah dakwahnya, yaitu dengan mengutus para kepercayaaannya untuk berdakwah ke wilayah lain, seperti dengan mengutus Maulana Ishak untuk berdakwah ke daerah blambangan.
8. Metode Kesenian
Dalam berdakwah Sunan Muria menciptakan lagu – lagu Jawa – Islam , dan beberapa Wali juga menciptakan tembang – tembang, dan syair lagu – lagu gamelan yang berisi tentang ajaran tauhid dan peribadatan, ada juga tradisi selamatan peninggalan agama Hindu dan Budha didekati dengan acara tahlil, dan masih banyak lagi karya – karya para Wali begdakwah dalam bidang kesenian.
9. Metode Kelembagaan
Mendirikan Masjid Agung Demak, dan Masjid inilah yang kemudian di rancang sebagai sentral seluruh aktivitas pemerintahan dan social kemasyarakatan.
10. Metode Silaturahmi (Home Visit)
Membangun hubungan silaturahmi dan persaudaraan dengan putra pertiwi (pribumi), yaitu dengan menikahkan dengan putri daerah setempat.
11. Metode Karya Tulis
Para Wali juga mempunyai karya tulis, di antaranya, Sunan Muria memiliki karya tulis yang masih digemari sampai saat ini , yaitu tembang sinom dan kinanti, dan Sunan Kalijaga juga pengarang buku – buku wayang yang mengandung cerita dramatis dan berjiwa islam.
12. Metode Drama
Metode ini dilakukan para Wali karena pada saat itu masyarakat Jawa dikenal memiliki kegemaran terhadap seni pewayangan, dan Sunan Kalijaga memasukkan hikayat – hikayat islam ke dalam permainan wayang.
13. Metode Propaganda
Metode ini jelas dilakukan karena para Wali mereka mengajak warga setempat untuk memeluk islam.
14. Metode Diskusi
Metode diskusi biasa di maksudkan sebagai pertukaran pikiran antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar.
e. Media
1. Mssjid
Dimana masjid ini di gunakan sebagai tempat ibadah dan masjid Demak juga di jadikan sentral seluruh aktivitas dan social kemasyarakatan.
2. Wayang
Wayang sesungguhnya merupakan boneka yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi, pipih yang memiliki dua tangan yang dapat digerakkan dengan stik dan dimainkan oleh seorang dalang, Oleh karenanya, di dalam cerita wayang itulah terkandung nilai moral dan akhlak, perihal keimanan sampai pada thariqah (jalan) menuju ketaqwaan kepada Allah SWT.
3. Pesantren
Di mana pesantren ini berfungsi sebagai sarana mengamalkan dan mengabdikan ilmunya kepada masyarakat, dari pesantren yang telah didirikan lahirlah para Da’I yang memiliki kemampuan tinggi yang tinggi dalam memperjuangjan dakwah selanjutnya.
4. Kitab
Kitab yang berbentuk puisi maupn prosa, kitab inilah yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
5. Gamelan
Alat musik yang di gunakan untuk mengiringi tembang/lagu – lagu Jawa yang bernuansa islami.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
WaliSongo adalah Sembilan orang Wali mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta, Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru- murid.
Unsur – unsur dakwah WaliSongo meliputi:
1. Da’I (Al-ulama wa Al-umara)
2. Mad’u (Mad’u Ijabah dan Ummah)
3. Materi(Akidah, Syariah dan Muamalah)
4. Metode(Ceramah, Tanya Jawab, Konseling, Keteladanan, Pendidikan, Bitsah, Ekspansi, Kesenian, Silaturahmi, kelembagaan, Karya Tulis, Drama, Propaganda, dan Diskusi).
5. Media(Masjid, Wayang, Pesantren, Kitab, Gamelan).

B. Saran
Dengan menyelesaikan makalah ini penulis mengharapkan para pembaca bisa paham dan dapat mengetahui sejarah dan unsur- unsur dakwah para WaliSongo dan dengan terselesaikannya makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com, WaliSongo Diakses pada tanggal 03 April 2011.
Sejarah Pendidikan Islam, Cet.VII, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004.
Wahyu Ilahi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Cet I, Jakarta: Kencana, 2007.
Saifullah Mohd Sawi, Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara, Malaysia: Karisma, 2009.

No comments:

Post a Comment