Wednesday, July 6, 2011

Dakwah Wali Songo

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat sembilan wali ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT, kurang lebih lima ratus tahun yang lalu walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak
.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah WaliSongo itu?
2. Bagaimana pendekatan unsur – unsur dakwah WaliSongo?

C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui siapa itu WaliSongo.
2. Untuk mengetahui unsur - unsur pendekatan dakwah apa yang digunakan WaliSongo.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Asal – Usul WaliSongo
Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta, Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru- murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya- Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak- Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Mereka mendapat gelar susuhunan (sunan), yaitu sebagai penasehat dan pembantu Raja. Para Wali melakukan dakwahnya dengan sangat tekun, mereka mampu memahami kondisi masyarakat jawa pada saat itu.


2. Pendekatan Unsur – Unsur dakwah
Struktur dakwah pada masa WaliSongo meliputi unsur – unsur dakwah sebagai berikut:
a. Da’i
Walisongo berdakwah dengan cara damai. Yakni dengan pendekatan pada masyarakat pribumi dan akulturasi budaya (percampuran budaya Islam dan budaya lokal).
Maulana Malik Ibrahim sebagai perintis mengambil peranannya di daerah Gresik, setelah beliau wafat wilayah ini di kuasai oleh Sunan Giri, Sunan Ampel mengambil posisinya di Surabaya, Sunan Bonang di Tuban, sementara itu Sunan Drajat di Sedayu, sedangkan di Jawa Tengah ada tiga wali yaitu Sunan Kudus yang mengambil wilayah di Kudus, Sunan Muria pusat kegiatan dakwahnya terletak di Gunung Muria (sekitar 18 km sebelah utara Kota Kudus), dan Sunan Kalijaga berdakwah di Demak, sedangkan di Jawa Barat hanya ada satu orang wali saja yaitu Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati menjadi Raja muda di Cirebon dan Banten di bawah lindungan Demak, dan Sunan Giri bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan, jadi beliau bersifat al-ulama wa al-umara, sedangkan tujuh wali yang lain hanya bersifat al-ulama saja.
b. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa wali ini termsuk mad’u ummah karena pada saat itu mereka masih beragama hindu – budha, akan tetapi ada juga sebagian yang menerima islam sebagai agamanya, jadi pada masa wali songo ini termasuk mad’u ijabah dan mad’u ummah.
c. Materi
Materi dakwah yang di terapkan pada dakwah Walisongo ini adalah akidah, syari’ah dan muamalah, dimana para Wali menanamkan akidah kepada masyarakat setempat,karena menghawatirkan penyimpangan akidah akibat tradisi masyarakat jawa,serta memperhatikan secara khusus kepada kesejahteraan social dari fakir miskin,mengorganisir amil,zakat dan infak, dan juga mengajarkan ilmu – ilmu agama seperti ilmu fikih, ilmu hadis, serta nahu dan saraf kepada anak didiknya.
d. Metode
Ada beberapa metode yang di gunakan para Wali dalam berdakwah yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang di gunakan para Wali untuk menyampaikan pesan – pesan dakwah dengan cara lisan.
2. Metode Tanya Jawab
Metode yang digunakan para wali untuk mengetahui sejauh mana pemahaman muridnya tentang materi dakwah.
3. Metode Konseling
Membuat kampung- kampumg percontohan yang di pilih di tengah-tengah dengan tujuan agar menjadi pusat rujukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka dalam segala hal.
4. Metode Keteladanan
Para Wali memiliki sifat Mahabbah atau kasih sayang, selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan, semangat berkorban harta dan jiwa, selalu istighfar setelah melakukan kebaikan, sabar menjalani kesulitan, memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran, sehingga banyak masyarakat yang memeluk islam.
5. Metode Pendidikan
Para Wali membuka pendidikan pesantren, untuk anak-anak yang ingin belajar ilmu agama, mereka ditampung dalam satu pesantren.
6. Metode Bitsah
Sunan Giri megembangkan islam keluar jawa, dengan cara mengirim anak muridnya ke pelosok- pelosok Indonesia untuk menyiarkan islam misalnya, Pulau Madura, Bawean, Kangean bahkan sampai ke Ternate dan Huraku yakni Kepulauan Maluku.
7. Metode Ekspansi
Sunan Ampel melebarkan wilayah dakwahnya, yaitu dengan mengutus para kepercayaaannya untuk berdakwah ke wilayah lain, seperti dengan mengutus Maulana Ishak untuk berdakwah ke daerah blambangan.
8. Metode Kesenian
Dalam berdakwah Sunan Muria menciptakan lagu – lagu Jawa – Islam , dan beberapa Wali juga menciptakan tembang – tembang, dan syair lagu – lagu gamelan yang berisi tentang ajaran tauhid dan peribadatan, ada juga tradisi selamatan peninggalan agama Hindu dan Budha didekati dengan acara tahlil, dan masih banyak lagi karya – karya para Wali begdakwah dalam bidang kesenian.
9. Metode Kelembagaan
Mendirikan Masjid Agung Demak, dan Masjid inilah yang kemudian di rancang sebagai sentral seluruh aktivitas pemerintahan dan social kemasyarakatan.
10. Metode Silaturahmi (Home Visit)
Membangun hubungan silaturahmi dan persaudaraan dengan putra pertiwi (pribumi), yaitu dengan menikahkan dengan putri daerah setempat.
11. Metode Karya Tulis
Para Wali juga mempunyai karya tulis, di antaranya, Sunan Muria memiliki karya tulis yang masih digemari sampai saat ini , yaitu tembang sinom dan kinanti, dan Sunan Kalijaga juga pengarang buku – buku wayang yang mengandung cerita dramatis dan berjiwa islam.
12. Metode Drama
Metode ini dilakukan para Wali karena pada saat itu masyarakat Jawa dikenal memiliki kegemaran terhadap seni pewayangan, dan Sunan Kalijaga memasukkan hikayat – hikayat islam ke dalam permainan wayang.
13. Metode Propaganda
Metode ini jelas dilakukan karena para Wali mereka mengajak warga setempat untuk memeluk islam.
14. Metode Diskusi
Metode diskusi biasa di maksudkan sebagai pertukaran pikiran antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar.
e. Media
1. Mssjid
Dimana masjid ini di gunakan sebagai tempat ibadah dan masjid Demak juga di jadikan sentral seluruh aktivitas dan social kemasyarakatan.
2. Wayang
Wayang sesungguhnya merupakan boneka yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi, pipih yang memiliki dua tangan yang dapat digerakkan dengan stik dan dimainkan oleh seorang dalang, Oleh karenanya, di dalam cerita wayang itulah terkandung nilai moral dan akhlak, perihal keimanan sampai pada thariqah (jalan) menuju ketaqwaan kepada Allah SWT.
3. Pesantren
Di mana pesantren ini berfungsi sebagai sarana mengamalkan dan mengabdikan ilmunya kepada masyarakat, dari pesantren yang telah didirikan lahirlah para Da’I yang memiliki kemampuan tinggi yang tinggi dalam memperjuangjan dakwah selanjutnya.
4. Kitab
Kitab yang berbentuk puisi maupn prosa, kitab inilah yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
5. Gamelan
Alat musik yang di gunakan untuk mengiringi tembang/lagu – lagu Jawa yang bernuansa islami.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
WaliSongo adalah Sembilan orang Wali mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta, Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru- murid.
Unsur – unsur dakwah WaliSongo meliputi:
1. Da’I (Al-ulama wa Al-umara)
2. Mad’u (Mad’u Ijabah dan Ummah)
3. Materi(Akidah, Syariah dan Muamalah)
4. Metode(Ceramah, Tanya Jawab, Konseling, Keteladanan, Pendidikan, Bitsah, Ekspansi, Kesenian, Silaturahmi, kelembagaan, Karya Tulis, Drama, Propaganda, dan Diskusi).
5. Media(Masjid, Wayang, Pesantren, Kitab, Gamelan).

B. Saran
Dengan menyelesaikan makalah ini penulis mengharapkan para pembaca bisa paham dan dapat mengetahui sejarah dan unsur- unsur dakwah para WaliSongo dan dengan terselesaikannya makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com, WaliSongo Diakses pada tanggal 03 April 2011.
Sejarah Pendidikan Islam, Cet.VII, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004.
Wahyu Ilahi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Cet I, Jakarta: Kencana, 2007.
Saifullah Mohd Sawi, Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara, Malaysia: Karisma, 2009.

Kode Etik Dakwah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika berasal dari kata ethos yaitu untuk suatu kehendak baik yang tetap. Etika berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah jiwa atau semangat yang menyertai suatu tindakan. Dengan demikian etika dilakukan oleh seseorang untuk perlakuan yang baik agar tidak menimbulkan keresahan dan orang lain menganggap bahwa tindakan tersebut memang memenuhi landasan etika.
Dalam melakukan aktivitas dakwah perlu ada aturan yang mengikat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aturan tersebut merupakan kode etik yang seharusnya diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Kode etik dalam aktivitas dakwah sebenarnya untuk kepentingan dakwah, sehingga dengan demikian, aturan yang diberlakukan dalam kegiatan dakwah dapat dilaksanakan agar tidak terjadi benturan atau hal yang tidak diinginkan dalam proses dakwah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kode etik dakwah?

C. Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui apa saja kode etik dakwah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kode Etik Dakwah
Ada beberapa kode etik dakwah adalah sebagai berikut :
1. Harus bersikap sopan
Kesopanan seorang da’i harus di jaga baik itu dalam perbuatan ataupun perkataan, cara mengenakan pakaian, dan bentuk serta model pakaian, harus di jaga serapih mungkin, agar mad’u dapat menghormati da’i tersebut, cara berpakaian dan bentuk pakaian yang dikenakan harus dijaga dengan sebaik mungkin dan tidak menyolok, yang perlu diingat oleh da’I adalah ia bertindak sebagai mubaligh yaitu penyampai ajaran kebenaran islam , bukan sebagai peragawan atau peragawati, ataupun model, karena itu kesopanan dan kepantasan menjadi hal yang harus diperrtimbangkan oleh da’I dalam melakukuan aktivitas dakwahnya.
2. Seorang da’I harus jujur
Dalam menyampaikan aktivitas dakwah, hendaklah da’I menyampaikan sesuatu informasi dengan jujur, seorang da’I juga harus menyampaikan sesuatu yang keluar dari lisannya harus sesuai dengan perbuatannya, seorang da’I tidak boleh berkata bohong, apalagi sengaja berbohong dalam suatu tema atau topic pembicaraan.


3. Tidak melakukan toleransi/kompromi dengan agama lain
Toleransi memang dianjurkan oleh islam tetapi dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama atau aqidah. Dalam hal ini islam memberikan garis tegas tidak bertoleransi,dan kompromi. Ketika nabi masih tinggal di mekkah orang-orang musyrikin mencoba mengajak beliau untuk melakukan kompromi agama, kata mereka “wahai Muhammad ikutilah agama kami maka kami pun akan mengikuti kamu, kamu menyembah tuhan-tuhan kami selama satu tahun nanti kami akan menyembah tuhan kamu selama satu tahun, mendengar ajakan itu nabi berkata “ saya mohon perlindungan Allah agar tidak mempersekutukanNYA dengan yang lain”, kemudian turun surat Al- Kafirun yang intinya orang islam tidak diperkenankan menyembah sesembahan orang – orang kafir ( QS. Al – Kafirun ayat 4)


Artinya : “ Dan aku tidak akan menjadi penyembah apa yang kamu sembah.”
4. Tidak mencerca agama lain
Pada waktu nabi masih di mekkah orang musyrikin mengatakan bahwa beliau dan para pengikutnya sering meghina dan mencerca berhala sesembahan mereka akhirnya secara emosional mereka mencerca Allah sesembahan Nabi, lalu Allah menurunkan ayat yang berbunyi : ( QS. Al – An’am ayat 108)

Artinya : “ Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah”.
5. Tidak melakukan diskriminasi
Dalam menjalankan tugas dakwah seorang da’i tidak di perkenankan melakukan diskriminasi sosial antara orang yang di dakwahi,seorang da’i tidak di perkenankan lebih mementingkan orang-orang kelas elite saja, sementara orang kelas bawah dinomorduakan, maka turunlah ayat yang berbunyi : ( QS. Abasa ayat 1 – 2 )


Artinya : “ Dia berwajah masam dan berpaling karena seorang buta telah datang kepadanya”.
6. Tidak memungut imbalan
Suatu hal yang sangat penting dalam dakwah Rasulullah saw maupun nabi-nabi sebelumnya beliau tidak pernah memungut imbalan dari pihak-pihak yang didakwahi beliau hanya mengharapkan imbalan dari Allah saja, selain itu juga meminta imbalan dari kegiatan dakwah lebih buruk dari sekedar menerimanya, meminta berarti pendakwah menentukan besaran honorarium, baik secara sepihak maupun dengan negoisasi, sedangkan menerima imbalan semata, artiya tanpa meminta- minta berarti pendakwah bersikap pasif, tidak meminta-mintanya merupakan penentuan dari mitrah dakwah, sementara pendakwah berhak menerima atau menolaknya.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa kode etik dakwah dalam berdakwah :
1. Harus bersikap sopan
2. Seorang da’I harus jujur
3. Tidak melakukan toleransi/kompromi dengan agama lain
4. Tidak mencerca agama lain
5. Tidak melakukan diskriminasi
6. Tidak memungut imbalan

B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “kode etik dakwah”, mudah-mudahan isi dari makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pada umumnya para pembaca makalah ini. Dengan pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk memperbaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah,2009.
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.
www.google.com, Kode Etik Dakwah, 2011/03/12.

Dakwah Rasulullah di Makkah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekah adalah kota penting di jazirah arab. Meskipun pada waktu itu Yaman dalah negeri berperadaban tertinggi diseluruh jazirah Arab , namun ia tidak menjadi pusat perhatian atau pusat keagamaan masyarakat jazirah Arab pada umumnya. Dalam hal kehidupan spiritual, agama yang dianut penduduk Mekkah sebelum Isalam datang adalah agama Watsani, yakni agama yang mengajarkan penganutnya untuk menyembah berhala. Mereka menyembah berhala – berhala yang diletakkan di seputar Ka’bah atau di rumah – rumah mereka.



B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dakwah Rasulullah saw di Mekkah?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah
a. Dakwah secara sembunyi – sembunyi
Setelah Rasulullah menerima wahyu pertama dari Allah SWT di Gua Hira’, maka bermulalah dakwahnya secara sembunyi.
Pada mulanya dakwah Rasulullah saw. Dilakukan secara sembunyi – sembunyi. Hal itu dilakukan untuk menghindari munculnya gejolak frontal yang sangat mungkin terjadi di masyarakat.
Ajakan Muhammad sebagai Rasulullah untuk mengagungkan Tuhan dimulai dari lingkungan keluarga, mula – mula Khadijah yang percaya lebih dahulu, kemudian Ali bin Abi Talib yang masih balig ketika ia melihat Nabi saw. Dan Khadijah sedang shalat dan menanyakan kepada keduanya bahwa kepada siapa mereka sujud?, Muhammad menerangkan bahwa “ kami sujud kepada Allah, yang mengutusku menjadi Nabi dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah”, dan Nabi mengajaknya masuk Islam, lalu ia mengkutinya. Zaid bin Harisah, seorang mantan sahaya Nabi adalah orang ketiga yang masuk islam. Demikianlah Islam baru tersiar secara diam – diam dikalangan keluarga.
Sedangkan dari teman dekatnya yang masuk Islam adalah Attiq bin Usman, yang kemudian dikenal dengan nama Abu Bakar. Dengan perantara teman dekatnya, Abu Bakar, banyak orang yang ikut masuk Islam. Diantaranya adalah Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah bin Jarrah, Abdurrahman bin Auf, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khatab, Said bin Zaid al-‘Adawi, dan lainnya. Mereka masih sembunyi – sembunyi memeluk Islam, yang dapat berkembang karena ajaran dan teladan yang baik dari Nabi saw.
Ciri khas dakwah sembunyi – sembunyi ini adalah adalah kerahsiaan dakwah dan kerahsiaan kelompok, artinya, ajakan untuk memeluk “Agama Baru” (Islam) dilakukan secara rahasia, pembagian tugas, pengaturan program dan kegiatan pun juga demikian…dilakukan secara rahsia, tidak ada yang diberitahu selain orang-orang tertentu yang bersangkutan dengan tugas, Tetapi semuanya bergerak menuju satu tujuan dan di bawah kepemimpinan seorang, yaitu Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sudah menggunakan surat rahsia sebelum orang lain. Terbukti beliau pernah mengutus sepucuk surat dengan beranggotakan 12 orang Muhajirin yang dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy Al-Asadi dalam sebuah misi pengintaian di bulan Rajab tahun 2 H. Beliau menyerahkan kepada Abdullah bin Jahsy sepucuk surat rahasia berisi perincian tugas, yaitu target sasaran, posisi pasukan dan informasi-informasi lainnya.
Beliau memerintahkan agar dia tidak membuka surat tersebut sebelum ia berjalan selama dua hari.
Sejarah kehidupan Rasulullah SAW penuh dengan teknik-teknik keamanan yang terus berkembang seiring dengan semakin kerasnya ujian dan situasi di sekitarnya. Semakin situasi bertambah mencekam, perhatian terhadap masalah keamanan semakin meningkat, itulah yang mendorong pengambilan langkah yang efektif dan paling baik untuk menyikapi situasi seperti itu.
b. Dakwah secara terang – terangan
Setelah tiga tahun berjalan dakwah Islam secara diam – diam, maka disuruhlah Nabi mengumumkan Islam secara terang- terangan, dakwah secara terang – terangan menjadi pintu ujian terberat yang dialami Rasul saw. Beserta pengikut – pengikutnya. Aksi dakwahnya pertama kali ditujukan keluarga besarnya, yakni kalangan Bani Hasyim. Pada waktu itu dakwahnya di kemas dalam bentuk acara jamuan makan malam sederhana. Rasulullah saw.mengundang empat puluh tokoh kabilah Bani Hasyim untuk makan malam bersamanya. Dalam acara tersebut Rasulullah saw. menjelaskan tentang kebenaran yang telah datang kepaanya. Ia mengajak kabilah Bani Hasyim untuk mengikuti kebenaran itu. Hasilnya, mereka tidak mengubris ajakan Rasulullah saw. bahkan meninggalkan tempat sebelum acara tersebut berakhir.
Di lain waktu, acara tersebut diadakan kembali, kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan perkataan Rasulullsh saw. namun tak ada satu orangpun yang meresponnya secara positif. Kenyataan itu tak membuat Rasulullah saw. beserta pengikutnya patah arang.
Dakwahnya semakin diperlebar, hingga pada suatu ketika, Rasulullah saw. melakukan ceramah atau pidato terbuka di bukit safa. Pidato itu berisi perihal kerasulannya. Ia memanggil seluruh penduduk mekah dan mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya adalah utusan Allah. Ia mengatakan bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka untuk meninggalkan paganisme(penyembahan terhadap berhala). Beliau menegaskan bahwa Tuhan yang wajib di sembah hanyalah Allah, Tuhan Yang Esa. Mendengar hal itu, masyarakat Quraisy tersentak kaget. Mereka sangat marah karena hal itu sangat menghina tradisi dan kehormatan mereka. Para pembesar Quraisy membentak dan memaki Rasulullah saw. dengan keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad adalah orang gila, bahkan pamannya sendiri pun, Abu Lahab mengancamnya dengan keras.
Inilah konsekuensi yang harus diterima Rasulullah saw. ia mesti kuat dan tabah dalam menjalani kewajibannya sebagai Rasul Allah.
Ciri kahas dakwah ini dilakukan secara terus terang. Akan tetapi penyertaan kelompok tetap dilakukan secara diam-diam. Jadi dakwah di tengah umat manusia, kepada para kabilah, keluarga dan sanak saudara, dilaksanakan secara terang-terangan, namun demikian penjalanan tugas dan hubungan antara pelaku dakwah tetap berlangsung secara rahasia, demikian juga tempat-tempat perkumpulan dan pertemuan darurat, program-program strategik, pemilihan orang yang bertugas berdakwah mengajak masuk Islam, semua ini tidak ada yang tahu selain pelaku dakwah yang bersangkutan.
Seiring berjalannya waktu, dakwah secara terang – terangan terus beliau lakukan, bersamaan dengan itu pula, perlawanan dari kalangan pembesar Quraisy seperti Abu Sufyan, Abu Lahab, Abu Jahal, Umayah dan Utbah bin Rabi’ah demakin gencar. Para penentang tersebut mulai melancarkan aksi permusuhan kepada Rasulullah saw. dan para pengikutnya. Para pengikutnya dari kalangan kaum lemah dan tertindas sering mendapatkan siksaan yang sangat berat, sedangkan Rasulullah sendiri, meskipun beliau mendapat perlindungan dari Abu Talib, tekanan demi tekanan tetap saja dialaminya, mereka tidak lagi memandang bahwa Nabi Muhammad adalah anggota kabilah Bani Hasyim yang berkedudukan istimewa dikalangan Quraisy, sehinnga ia harus dihormati dan dihargai. Hanya saja tekanan – tekanan terhadap Rasulullah saw. tidak mereka lakukan secara terang – terangan. Mereka masih menghargai Abu Talib, dan para anggota kabilah Bani Hasyim yang lainnya.






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Setelah menerima wahyu di Gua Hira Allah menyuruh Rasulullah berdakwah, Rasulullah berdakwah di mekkah engan menggunakan 2 cara yaitu:
1. Dakwah secara sembunyi – sembunyi
2. Dakwah secara terang – terangan.



DAFTAR PUSTAKA

Achmadi Wahid dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Menjelajahi Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Insan Madani,2008.
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos,1997.
www.google.com, Sistem Dakwah Fase Mekah, 2011/03/04.

Kebudayaan Islam Pra Hijrah


A.  Pendahuluan
              Darisemua definisi kebudayaan yang telah dibuat para ahlinya, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah penjelmaan (manifesiasi) akal dan rasa manusia, hal mana berarti pula bahwa manusialah yang menciptakan kebudayaan atau dengan kata lain bahwa kebudayaan bersumber kepada manusia.[1] Kebudayaan itu dapat berupa kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.[2] Adapun yang dimaksud dengan kebudayaan Islam adalah penjelmaan akal dan rasa manusia Muslim, dan bersumber kepada muslim.[3]
              Rasululllah SAW berdakwah selama 23 tahun. 10 tahun di Mekah dan 13 tahun di Madinah Islam pra-hijrah dapat pula dikatakan sebagai Islam periode Mekah. membicarakan masalah ini, sama halnya mengulang kembali sejarah awal-mula munculnya Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis mencoba mendeskripsikan sisi-sisi perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan inisi awal dakwah Islamnya kepada bangsa Arab. Karena dari hasil perjuangan dakwahnya itulah, kemudian tampak perubahan yang sangat mencolok dalam diri bangsa Arab. yaitu perubahan kebudayaan dari sebelum ke sesudah datangnya Islam.
              Dalam kajian Islam pra-hijrah ini, sengaja terlebih dahulu penulis sisipkan bahasan singkat tentang Arab sebelum Islam, mengingat bahwa hasil sebuah perjuangan itu tidak akan tampak cukup berarti, jika tidak diketahui kondisi sebelum perjuangan Itu dilakukan. Dan Umar bin Khattab r.a seperti yang dinukil oleh Muhammad Quth pernah berkata “ La ya’rifu al-Islam man la ya’rifu al-jahiliyyah” (Seseorang tidak bisa mengenal Islam apabila ia tidak mengenal jahiliyyah)[4]



B. Arab Sebelum Islam
              Bangsa Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan sebutan Arab jahiliyah Kata jahiliyah yang dinisbatkan kepada mereka itu bukanlah jahiliyah yang berarti tidak memiliki ilmu pengetahuan karena terbukti dalam sejarah, bahwa mereka adalah orang orang yang ahli di bidang sastra dan kuat hapalannya. Adapun yang dimaksud dengan Arab jahiliyah itu sendiri adalah orang-orang yang menolak kebenaran (Islam) meskipun mcngetahui kebenaran tersebut. [5]
              Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW, mengandung ajaran yang sangat berbeda sekali dengan adat istiadat dan kepercayaan yang dianut bangsa Arab selama ini. Adat tradisi dan kepercayaan mereka itu antara lain kebiasaan berjudi, mabuk-mabukan minum khamer (arak). berzina, suka berperang dan sulit bersatu, kebiasaan mengubur bayi jika yang lahir perempuan yang lahir perempuan, menyembah berhala dan lain sebagainya Kondisi mereka tersebut telah pula sampai pada puncaknya, sehingga benar-benar telah jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan penuh dengan kebodohan, kehinaan dan kenistaan dalam berbagai hal.

C. Arab Masa Awal Datangnya Islam
              Awat datangnya Islam kepada bangsa Arab, bermula dari diutusnya Rasulullah Muhammad SAW. Dari kalangan mereka sendiri, sebagai pembawa risalah Islam.
              Muhammad adalah salah scorang anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang karena berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini yang memegang jabatan siqayah. Ia lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthallib, seorang Kepala Suku Quraisy yang besar pengaruhnya (ibunya Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahirannya dikenal dengan nama tahun Gajah (570 M). Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, Gubernur Kerajaan Habsy (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.[6]
              Pada usianya yang ke-empat puluh, ketika sedang berkhlawat di goa Hira, beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT.[7] Dengan turunnya wahyu pertàma itu, resmilah beliau menjadi nabi Allah, namun belum di perintahkan untuk menyeru manusa kepada suatu agama.
              Setelah wahyu pertama itu datang. Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara nabi Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Saat itu Beliau tengah berjalan, beliau mendengar suara dari langit (atas), beliau mendongakan pandangan, disana Malaikat Jibril yang mendatangi beliau di goa Hira, duduk diantara langit dan bumi. Bergemetarlah beliau dan terperanjat, teringat kejadian pada kali pertama. Kemudian beliau pulang dan minta diselimuti oleh istri beliau.[8] Adapun wahyu itu berbunyi sebagai berikut :
 



      1. Hal orang yang berkemul (berselimut).2. Bangunlah lalu berilah peringatan, 3. Dan Tuhanmu agungkanlah, 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5. Dan perbuatan dosa tinggalkan, 6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, 7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhannu, bersabarlah[9]

              Dengan turunnya perintah itu, mualailah Rasululah SAW berdakwah pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya, kemudian secara terang-terangan setelah turun ayat 94 sarah al-Hijr dan ayat 26 surah as-Syu’ara. Dengan turunnya ayat-ayal tersebut, bertambah gencerlah Rasulullah menjalankan misi dakwahnya. Dari sinilah awal munculnya awal “perpecahan” dalam diri masyarakat Arab, yaitu antara pengikut dan penentang misi dakwahnya.
              Menurut A. Syalabi, Ada lima faktor yang mendorong Quraisy menentang seruan Islam
      1. Persaingan berebut kekuasaan
          Kaum Quraisy tak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama Muhamaad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Muthalib. Sedang suku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk berebut kekuasaan dan pengaruh
      2. Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
          Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tak boleh dilampauiya. Tetapi, seruan Muhammad memberikan hak sama kepada Manusia
      3. Takut dibangkit
          Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan di bangkit dari kuburya, dan semua perbuatan manusia akan dihisab. Kaum Quraisy tidak dapat menerima ajaran seperti itu. Alangkah kejamnya gambaran ini menurut pandangan pemimpin-pemimpin Quraisy. Gambaran ini adalah gambaran keadilan yang tidak diingini oleh tiap-tiap penganiaya.
      4. Taklid kepada nenek moyang
          Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah langkah mereka dalam soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang bcrurat berakar pada bangsa Arab. Karena itu amat beratlah terasa oleh mereka meninggalkan agama nenek moyang dan mengikut agama baru itu
      5. Perniagaan patung
          ini adalah satu sebab materi. Salah satu perusahaan orang Arab dahulu, ialah memahat Patung yang menggambarkan al-Lata, a.-Uzza, Manah dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada jamaah haji. Mereka membelinya untuk mengharapkan berkat atau untuk kenang-kenangan. Tetapi islam melarang menyembah, memahat dan menjual patung. Karena itu saudagar-saudagar patung memandang Islam sebagai penghalang rizki dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan lenyap. Karena itulah mereka menentang agama Islam.[10]

D.  Dakwah Rasul Periode Mekah
              Seperti telah disinggung diatas, bahwa setelah turunnya perintah untuk berdakwah, Rasulullah melakukan beberapa tahapan dalam dakwahnya sesuai dengan Wahyu yang di perintahkan kcpadanya.
      1. Dakwah diam-diam
          Pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam dilingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rakannya. Karena itulah orang-orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarganya dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah. kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun Kemudian Abu bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak, lalu Zaid, bekas budak yang menjadi anak angkatnya & Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga ternasuk orang pertama masuk Islam.
          Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam. Abdurrahmman bin Auf Sa’ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada nabi dan masuk Islam di hadapan nabi sendiri Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam.[11]
          Kemudian nabi meghimpun mereka untuk menerima penjelasan-penjelasan yang diajarkannya secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam (baitul Arqam) di bukit Shafa Rasul memilih tempat itu karena lokasinya sangat strategis. terhalang dari pengintaian kaum Quraisy, sehingga mereka merasa aman dan tenang mengadakan kegiatan di tcempal tersebut. Di rumah tersebut Rasul mengajarkan pokok-pokok agama Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada para sahabat dan pengikutnya agar menjadi kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh dari segala cobaan dalam rangka untuk di persiapkan menjadi masyarakat Islam yang baik.[12]
      2. Dakwah Terang-Terangan
          Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilakukan secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwahnya secara terang-terangan Mula-mula yang beliau lakukan adalah menyeru kerabatnya dari Bani Abdul Muthallib Hal ini scsuai dengan petunjuk ilahi yang berbunyi :


          Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.[13]

          Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, ”Ketika Allah menurunkan ayat Wa andzir’asyirataka al aqrobin, Rasulullah segera naik ke atas bukit Shafa kemudian berseru: Hai bani Fihr... Hau bani “adiy... dan suku-suku kabilah Quraisy yang lain, hingga mereka itu berkumpul. Orang-orang yang berhalangan datang, mengirim wakil untuk menyaksikan sendiri apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Tibalah Abu Lahab bersama beberapa orang Quraisy lainnya, kepada mereka semua Rasulullah SAW bertanya :
          ”Jika kalian kuberi tahu, bahwa di lembah sana terdapat pasukan berkuda hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku ? Mereka menjawab: ya kami belum pernah menyaksikan anda berdusta” Beliau kemudian melanjutkan: “Sesungguhnya aku datang untuk memberi peringatan kepada kalian, bahwa di depan kalian terdapat siksa yang amat keras!” Mendengar itu Aba Lahab berteriak : Celaka kamu Muhammad untuk inikah kamu mengumpulkan kami?’ Saat itu turunlah wahyu : Tabbat yada abilahabiwwatab....[14]
          Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Dalam fase ini turun pula Firman Allah :

 



          Maka sampailah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
     
          Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam secara terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya, begitu juga kaum kerabat beliau sendiri ataupun orang-orang jauh Mula-mula beliau menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negen-negeri lain. Disamping itu beliau juga menyeru orang-orang yang berdatangan ke Mekah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji.[15]
          Ahmad meriwayatkan dari seseorang dari Bani Malik bin Qinanah. Ia berkata. “Aku melihat Rasulullah SAW di sebuah pasar Dzil-Majaz. Beliau masuk ke sana seraya bersabda, ‘wahai semua orang katakanlah la ilaha ilallah”, niscaya kamu semua akan beruntung” Abu Jahal yang juga ada disitu langsung menaburkan debu kepada beliau. lalu berkata, “Jangan sampai kamu semua dapat di sesatkan orang ini dari agamamu. ia menghendaki agar kalian meninggalkan agamamu, meninggalkan Latta dan Uzza.[16]
          Kegiatan dakwah ini dilakukan tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih hasilnya pun mulai tampak. Jumlah pengikutnya yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya.  Meskipun kebanyakan mereka orang-orang (lemah, namun semangat mereka sungguh membaja



.
E.  Sikap Orang-Orang Kafir Terhadap Dakwah Rasulullah SAW
              Setelah dakwah terang-terangan ini, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalang-halangi dakwah Rasul Semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi semakin keras tantangan yang dilancarkan kafir Quraisy.
              Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan pamannya Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu meneka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib dan mengecam dengan mengatakan :”Kamt meminta anda memilih satu diantasa dua : memerintahkan Muhammad berhenti dan dakwahnya atau anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diharapkan ”. Dengan ancaman tersebut, nampaknya Abu Thalib agak “goyang” sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun nabi menolak dengan mengatakan ucapan yang Mashur. “Wahai pamanku, andai engkau meletakan matahari di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tidak akan meninggalkan urusan ini, sampai Allah menampakannya, atau menghancurkan dalam keperluannya. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu seraya memeluknya kemudian berkata : “Teruskanlah dengan urusanmu dan lakukanlah apa yang kamu sukai, Demi Allah, aku tidak akan menyerahkanmu kepada suatu apapun jua” [17]
              Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan. untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad SAW. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib : ”Ambillah dia menjadi anakmu, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh” Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.
              Untuk kali berikutnya mereka langsung kembali kepada nabi Muhammad Mereka mengutus Utbah bin Rabiah, seorang ahh retorika, untuk membujuk nabi Mereka menawarkan harta, tahta dan wanita asal nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad SAW.
              Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal. tindakan-tindakan fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam. Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa tuannya dan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa angota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali
              Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu mendorong nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habasyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian. karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil.
              Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayyah puteri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf Kemudian menyusul rombongan kedua sejumlah seratus orang, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib. Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrask ke Habasyyah ini, termasuk membujuk Negus agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal.
              Disamping itu, semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, semakin banyak pula orang yang masuk agama ini. Bahkan ditengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang pembesar Quraisy. Hamzah dan Umar bin Khattab Masuk Islam. Dengan masuk Islamnya kedua tokoh besar ini posisi Umat Islam semakin kuat.
              Menguatnya posisi umat Islam, semakin memperkeras reaksi kaum Musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum muslimin yang dipimpin oleh Muhammad mereka harus melumpuhkan bani Hasyim terlebih dahulu secara keseluruhan.
              Dalam rangka melumpuhkan Bani Hasyim, cara yang mereka tempuh adalah Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Mekah pun diperkenankan untuk melakukan interaksi jual beli dengan bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam bentuk piagam dan ditanda tangani bersama dan disimpan di dalam Ka’bah.
              Akibat boikot tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan dan yang tak ada bandingnya. Untuk meringankan penderitaan itu Bani Hasyim akhirnya pindah ke suatu lembah di luar kota Mekah. Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian itu berlangsung selama tiga tahun. ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam.
              Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan keterlaluan. Setelah Boikot dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernafas kembali dan pulang ke rumah masing-masing. Namun, tidak lama kemudian Abu Thalib, paman nabi yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, khadijah istri nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian. Tahun ini merupakaa tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.
              Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi. Melihat reaksi penduduk Mekah demikian rupa. nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota. Namun, di Thoif beliau diejek, disoraki dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya
              Ath-Thabrani mengabarkan dari Abdullah bin Ja’far, ía berkata, “setelah Abu Thalib meninggal, Rasulullah SAW pergi ke Thaif dengan berjalan kaki, guna menyeru penduduknya ke Islam. Namun mereka tidak mau menerimanya. Bahkan beliau dilempar batu. Maka beliau kembali lagi. Sesampainya di sebuah pohon. Beliau mendirikan shalat dua rakaat seraya mengucapkan doa :
              ”KepadaMU aku adukan lemahnya kekuatan dan kehinaanku dalam menghadapi manusia. Wahai Tuhan yang Maha Pengasih. Engkaulah Tuhan yang Maha Pengasih, kepada siapakah Kau serahkan diriku, Kepada musuh yang mengancamku ataukah kepada orang disekitarku yang Engkau beri kekuasaan atas urusanku? Andaikan Engkau tidak murka padaku tentu aku tak peduli dengan diriku sendiri. Akan tetapi afialmu lebih luas bagi diriku. Aku berlindung dengan sinar wajah-Mu yang menyinar kegelapan, hingga segala urusan dunia dan akherat menjadi baik karenanya. Aku berlindung dari murkaMu yang akan datang kepadaku. Aku serahkan padaMu segala keluhan, agar Engkau ridha. Tiada kekuatan selain pada Allah.”[18]
              Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka flu, Allah mengisra’ mirajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang Isra Mi’raj itu menggemparkan masyarakat Mekah Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman, Ia merupakan ujian keimanan.
              Setelah perstiwa Isra’ Miraj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan mana datang dari sejumlah penduduk yasrib yang berhaji ke Mekah. Mereka yang terdin dan Aus dan Khazraj masuk Islam dalam tiga gelombang Pertama pada tahun kesepuluh kenabian beberapa orang khazraj berkata kepada nabi :
              “Bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya Tuhan mampersatukan mereka kembali dengan perantaraan engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh ini akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini” mereka giat mendakwahkan Islam di Yasrib.
              Kedua. pada tahun kedua belas kenabian Delegasi Yasrib yang terdiri dari sepuluh Khazraj dan dua orang suku Aus serta seorang wanita menemui Nabi di suatu temat bernama Aqabah. Di hadapan nabi mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke Yasrib sebagai juru dakwah dengan ditemani Mus’ab bin Umair yang sengaja diutus nabi atas Permintaaan mereka. Ikrar ini disebut dengan “aqabah pertama”
              Pada musim haji berikutnya. Jamah haji yang datang dari Yasrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yasrib, mereka meminta pada nabi agar berkenan pindah ke Yasrib Mereka berjanji akan membela dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqabah kedua”
              Setelah kaum Musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan orang-orang Yasrib itu, mereka kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua kaum muslimin, kurang lebih 150 orang telah meningggalkan kota Mekah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tetap tinggal di Mekah bersama nabi, keduanya membela dan menemani nabi sampai Ia pun berhijrah ke Yasrib.

F.   Pengaruh Ajaran Islam Pada Orang Arab
              Sudah tidak dapat disangsikan lagi, bahwa ajaran islam telah mengangkat “alam pikiran Arab” ke derajat yang tinggi, telah membebaskan mereka dari  penyembahan patung berhala dari membimbing ke arah penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, telah merubah seluruh cabang kehidupan mereka, baik jasmani ataupun rohan, atau dengan kata lain, telah memindahkan mereka dari “alam pikiran jahiliah’ ke ‘alam pikiran Islam” yang dengan demikian benar-benar telah menjadi manusia baru seluruhnya.
              Tentang revolusi dalam “alam pikiran Arab” tepat sekali jawaban Ja’far bin Abi Thalib, salah seorang muhajir-pengungsi ke Habasyah. waku ditanya okh raja Habasyah, Najasi (Netus) tentang keadaan mereka Berkatalah Ja’far menjelaskan kepada Najasi
              “Kami adalah kaum jahiliyah yang menyembah patung berhala. memakan bangkai. mengerjakan kejahatan dan Kemesuman, memutuskan hubungan kekeluargaan, memusuhi tetangga, orang kuat kami menindas kaum lemah. Demikianlah keadaan kami, sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami sendiri, yang kami kenal keturunannya. kepereayaannya, kebenaran dan kesuciannya. Lantas Rasul tersebut mengajak kami untuk meng-esakan Allah dan menyembahNya, untuk meninggalkan patung berhala, Tuhannya bapak-bapak dan datuk-datuk kami. Rasul itu menyuruh kami berlaku benar dalam perkataan, memelihara amanah. menyambung hubungan keluarga, bertetangga baik, menjauhkan kejahatan dan pertumpahan darah, Rasul itu melatang kami pula dari perbuatan mesum dan perkataan kotor, dan memakan harta anak yatim dan menuduh wanita yang suci, dan menyuruh kami menyembah Allah semata, menyuruh kami melakukan shalat, membayar zakat, dan mengerjakan puasa Ramadhan. Kemudian kami membenarkan segala ajaran itu, dan kami percaya dia sebagai Rasul, sehingga menyebabkan bangsa kami memusuhi dan menyiksa kami, bahkan memfitnah agar kami kembali menyembah patung berhala, dan agar kami meninggalkan Allah, bahkan memaksa kami kembali mengerjakan kejahatan dan kemesuman. Pada waktu mereka telah sedemikian rupa memaksa dan menganiaya kami supaya meninggalkan agama kami yang benar, maka hijrahlah kami ke negera Tuan”[19]

G.  Penutup
              Dari paparan sejarah singkat dakwah Rasulullah SAW periode Mekah di atas, telah tampak dengan jelas, bahwa sebuah perubahan besar tdah terjadi dalam diri sebagian masyarakat Arab, yaitu bagi mereka yang telah memeluk Islam sebagaimana yang diceritakan oleh Ja’far bin Abi Thalib. Perubahan itu merupakan perubahan dalam kebudayaan mereka pula, dimana sebelumnya mereka dalam keadaan ”jahiliyah” kemudian berubah menjadi Islam. Meskipun Islam dalam periode Mekah (pra-hijrah) ini belum sempurna, namun paling tidak ia dapat dikatakan sebagai embrio awal bagi Islam yang sempurna itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

al-Ghazali, Muhammad Fiqih as-Sirah, terj. (Bandung:PT. Al-Ma’arif, )
Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam, Cet. 5 (Jakarta:PT Karya Unipress, 1995)
Hawwa,Said. Ar-Rasul Muhammad SAW, (Solo:CV. Pustaka Mantoq, 1992)
Hisyam, Ibnu, As-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut : Dar Ihya at-Turas al-Arabiy, 2000)
Al-Khudlari Bek, Muhammad, Nurul Yaqin fi sirah Sayyid al-Mursalin terj. (Semarang:CV. Asy-Syifa, 1992),
Mansur, Peradahan Islam dalam Lintasan Sejarah, cet 1. (Yogyakarta:Global Pustaka Utama, 2004)
Quthb,Muhammad. Perlukah Menulis Ulang Sejarah? Terj. Cet 1 (Jakarta: Gema lnsani Press, 1992).
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam, ((Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1994)
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka. 1990).
Yatim,Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet. 7 (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1998).


[1] A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam,  Cet 5 (Jakarta : PT Karya Unipress, 1995) hal. 3
[2] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet 3. (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) hal 131
[3] A Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam,  Cet 5 (Jakarta : PT Karya Unipress, 1995) hal. 3
[4] Muhammad Qutb, Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam?, Terj. (Jakarta : Gema Insani Press 1992), cet 1, hal. 52
[5] Lihat Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintas Sejarah, cet 1, (Yogyakarta:Global Pustaka Utama, 2004), hal. 13

[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet 7 (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal 16
[7] Q.S Al-Alaq 1-5
[8] Muhammad Al-Khudari Bek, Nurul Yaqin fi sizah Sayyidil Mursalin, terj. (Semarang:CV Asy-Syifa, 1992). Hal 34
[9] Q.S Al-Mudassir : 1 -7
[10] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1994), hal 89-90
[11] Badri Yatim, Sejarah ………………, hal. 19
[12] Mansur, Peradaban Islam………, hal. 21
[13] Q.S As.Syu’ara 214
[14] Muhammad Al-Ghazaly, Fiqh as-siroh, terj. (Bandung. PT. Al-Ma’arif. Tt), hal 169
[15] Mansur, Peradaban…., hal. 22
[16] Said Hawa, Ar –Rasul………., hal. 147
[17] Ibid, 136
[18] Ibid…., hal. 150
[19] A. Hasjmy, Sejarah ….., hal. 31. Lihat Juga Ibnu Hasyim, As-Sirah an-Nabawiyah. (Beirut:Dar Ihya at-Turas al-arabiy, 2000), hal. 373